Pulang

Ini tulisan Beruang tentang Bapak yang berpulang tadi malam. Meski saya sudah lama kehilangan bapak saya sendiri, tapi punya bapak baru sejak menikah dengan Beruang tetap saja membuat saya senang bukan kepalang. Bapak suka bercerita tentang kebun kopi yang dirintisnya berpuluh tahun silam di Sulawesi sana, karena beliau memang bekerja di perkebunan PTPN. Mengetahui saya juga penyuka kopi, bapak sering bercerita tentang jenis kopi dan bagaimana bisa ditanam di seberang pulai sana.

Bapak juga dekat dengan pertanian. Dan saat saya berganti bercerita tentang pekerjaan saya di bidang teknologi perikanan, bapak sangat antusias. “Memang susah mengajak orang untuk berubah. Bapak saja perlu berpuluh tahun, sudah ndak di Sulawesi lagi, baru orang-orang mau menanam kopi. Apalagi ini mau memperkenalkan teknologi.” Dan demi kalimat itu serta semua cerita Bapak, saya yakin perubahan itu memerlukan kesabaran. Tidak ada yang instan.

Terima kasih banyak, bapak. Hanya itu yang bisa saya haturkan.


Tulisan Beruang.

Kemarin Bapak pulang. 1 Agustus 2017, jam 6.30 malam.

Bapak pulang setelah menuntaskan tugasnya selama 71 tahun: menjadi makhluk Tuhan yang baik.

Saya percaya Bapak pulang tidak dengan tangan hampa. Ada sayap-sayap kebaikan yang menemaninya.

Warisan Bapak yang selalu ditekankan dan saya pegang teguh adalah soal pendidikan. Beliau sangat concern dengan pendidikan anak-anaknya.

Bapak percaya ilmu itu seperti cahaya, akan menerangi hidup manusia. Beliau selalu bilang,  “Bapak ga bisa ngasih kamu apa-apa, cuma bisa nyekolahin kamu.”

Dia juga orang yang jarang marah. Pernah suatu hari saya dipukul preman setelah pulang sekolah. Kacamata oecah dan baju berdarah-darah.

Bapak ga panik dan bersikap biasa saja. Tanpa banyak bertanya, saya diantar membeli baju dan kacamata baru.

Sejak itu saya mengerti: kekuatan laki-laki ada pada kelembutan hati.

Bapak pulang diantar oleh sakit hati. Lebih tepatnya, sirosis hati. Penyakit yang pernah menyerang Dahlan Iskan dan 10% penduduk bumi. Saat dokter memberikan diagnosis ini, pilihan jadi terbatas. Usia Bapak yang tak lagi muda ditambah riwayat diabetes membuatnya rawan untuk menjalani operadi, apalagi transplantasi.

Saya sangat berterima kasih dan bersyukur menjadi anak kandungnya. Bagi saya, dia tetap bapak terbaik di dunia dan di luar angkasa.

Kepulangan bapak menjadi pengingat: semua yang bernyawa pasti akan kembali pada-Nya. Kita juga harus percaya bahwa takdir Allah pasti merupakan jalan terbaik.

Innalillahi wa inna ilaihi roji’un.

Sekaranh bapak sudah punya “hati” baru. Hati yang damai hingga di akhirat nanti.

Tunggu saya pulang ya, Pak 🙂

Hari Lembur Nasional!

Yak, hari ini curcol aja deh. Karena saia harus lembur demi laporan yang harus submit hari ini. Sebenernya ada beberapa faktor lembur kali ini:

  1. Data dari pihak eksternal yang susah diverifikasi,
  2. Banyaknya masalah bertubi-tubi yang hinggap dan harus diselesaikan saat ini,
  3. Orang-orang yang ditanyai pada menghilang detik-detik terakhir!

Sedih ku sedih #AkuRaPopo

Sekarang pun masih melek demi laporan yang sudah ditunggu dia yang di sana baru saja mengirim email cinta. Udah gitu aja. Balik laporan lagi #huft